Ramlan Subakti: Angka Pemilu,Kampanye Online dan Optimisme Pemilu 2019



SURABAYA - (11/18). Pemilu merupakan ajang pesta demokrasi yang paling ditunggu oleh masyarakat Indonesia. Tentunya berbagai perbedaan pendapat tidak hanya hadir dalam debat calon presiden nantinya. Namun pada pemilu 2019 kali ini, debat juga dapat ditemukan dalam sosial media seperti twitter.

Revolusi industri 4.0 menjadi alasan utama hal ini terjadi. “Revolusi industri ini bukannya membuat kita pintar tapi malah membodohkan kalau tidak teliti” ujar Ramlan Subakti, mantan ketua KPU (Komisi Pemilihan Umum) tahun 2004-2007 saat dijumpai di ruangannya di Universitas Airlangga Surabaya. Beliau menyatakan kekhawatirannya terhadap pemilu 2019 dan kampanye online yang dilakukan oleh para pendukung kedua kubu calon presiden. “Media sosial memang susah dikontrol, apalagi orang-orang di medsos tidak mengecek faktanya terlebih dahulu. Bahkan ada yang langsung percaya dan menyebarluaskan informasi begitu saja” Kekhawatiran ini tidak semata-mata terjadi. Tercatat aktivitas di twitter mengenai isu pemilu 2019 menjadi trending topic di Indonesia setidaknya beberapa bulan terakhir ini.

Belom kelar urusan kampanye online, kini angka pemilu juga masih jadi permasalahan. Tercatat bahwa angka pemilih dari tahun 1999 sebanyak 94% dari total penduduk yang terdaftar dan berhak memilih.  Pada 2004 84%, 2009 70% dan terakhir 2014 naik menjadi 75%. Hal ini mengundang optimisme bagi Ramlan Subakti “Kami  optimis untuk pemilu tahun 2019 harus bisa setidaknya naik diatas 75%”. Menurut beliau hal ini terjadi karena belum ada sistem yang mempermudah warga dalam memilih. Khususnya pada warga yang mengalami disabilitas, pasien rumah sakit, atau orang yang berpergian kala hari pemilu “Kalau hal itu sudah teratasi maka saya yakin bisa menembus angka 90%”.

Ramlan Subakti kembali menjelaskan ada beberapa ide untuk mengatasi masalah ini. Untuk penyandang disabilitas seperti kebutaan perlu adanya surat suara yang menggunakan huruf braille agar memudahkan mereka. Untuk pasien rumah sakit serta orang yang berpergian seharusnya diberikan waktu sebelum hari pemilu untuk memilih atau bisa menggunakan hak suaranya lewat pos. “Kita belum mempunyai sistem untuk permasalah seperti itu” ujarnya. 


Lihat juga videonya:

Comments